![]() |
| Ilustrasi anak Laki-laki dan Perempuan bermain(shutterstock) |
Dengan total luas wilayah 504,06 km², Maba Selatan
menyumbang sekitar 8,27 persen dari total luas Kabupaten Halmahera Timur.
Kecamatan ini terdiri atas sembilan desa, yakni Bicoli, Waci, Peteley,
Loleolamo, Gotowasi, Kasuba, Momole, Sil, dan Sowoli, dengan Bicoli sebagai ibu
kota kecamatan.
Secara astronomis, Maba Selatan terletak pada 00°49’15” – 00°25’35” Lintang Utara dan 128°21’25” – 128°51’0” Bujur Timur. Wilayah ini berbatasan dengan Kecamatan Kota Maba di sebelah utara, Kabupaten Halmahera Tengah di selatan, Kota Maba di sebelah barat, dan Laut Halmahera di bagian timur.
Dari sisi geografi, Desa Bicoli menjadi desa terluas dengan luas 188,47
km², sedangkan Desa Kasuba tercatat sebagai desa terkecil dengan luas hanya
4,79 km². Perbedaan luas wilayah ini secara langsung mempengaruhi penyebaran
penduduk dan kepadatan di masing-masing desa.
Berdasarkan data kependudukan 2024, jumlah penduduk Maba Selatan mencapai 8.491 jiwa. Penduduk tersebut terdiri dari 4.337 laki-laki dan 4.154 perempuan, sehingga rasio jenis kelamin mencapai 104,41, menunjukkan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak sekitar 4 persen dibanding perempuan.
Desa Bicoli menjadi desa dengan jumlah penduduk terbanyak, yakni 1.507 jiwa
atau 17,75 persen dari total penduduk kecamatan. Sementara desa dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah Sowoli dengan 404 jiwa atau 4,76 persen dari
keseluruhan populasi Maba Selatan.
Ketimpangan sebaran penduduk juga tampak dari tingkat
kepadatan desa. Desa Kasuba tercatat sebagai desa dengan kepadatan tertinggi,
mencapai 166,81 jiwa/km², meski wilayahnya merupakan yang paling kecil.
Sebaliknya, Desa Bicoli yang memiliki wilayah terluas justru menjadi desa
dengan tingkat kepadatan terendah hanya 8 jiwa/km². Hal ini menunjukkan adanya
konsentrasi penduduk yang padat di wilayah tertentu, sementara desa dengan
wilayah luas cenderung memiliki karakteristik pemukiman yang tersebar.
Dari sisi aksesibilitas, jarak tempuh antardesa ke ibu kota kecamatan dan kabupaten cukup bervariasi. Desa Sowoli merupakan desa dengan jarak terjauh menuju Bicoli, yakni 38 km, sedangkan Waci dan Peteley memiliki jarak yang relatif dekat, yaitu sekitar 4 km.
Untuk jarak ke ibu kota Kabupaten
Halmahera Timur, Gotowasi dan Loleolamo menjadi desa terdekat dengan jarak 32
km, sementara Sowoli kembali menjadi yang terjauh, yakni 63 km. Kondisi
geografis dan jarak antarwilayah ini memengaruhi pola distribusi layanan
pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan.
Pada sektor pemerintahan, Maba Selatan memiliki 29 RW dan 65
RT. Desa Kasuba, Momole, dan Sil menjadi desa dengan jumlah RT terbanyak,
masing-masing memiliki 9 RT, sementara Loleolamo dan Sowoli hanya memiliki 4
RT. Dari struktur ini terlihat bahwa desa dengan jumlah penduduk lebih banyak
atau wilayah padat penduduk cenderung memiliki organisasi kemasyarakatan yang
lebih besar.
Sektor pendidikan di Maba Selatan menunjukkan perkembangan positif. Dari sembilan desa, sebanyak 8 desa telah memiliki fasilitas Taman Kanak-Kanak (TK). Selain itu, fasilitas SD, SMP, dan SMA tersebar merata di beberapa desa sehingga dapat menjangkau pemerataan pendidikan dasar.
Pada tahun
ajaran 2024/2025, jumlah guru dan murid di berbagai jenjang pendidikan
mengalami peningkatan. Hal ini menggambarkan adanya perhatian pemerintah daerah
dan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pendidikan, termasuk akses
terhadap lembaga pendidikan formal di tingkat kecamatan.
Pada sektor kesehatan, sebagian besar desa telah memiliki fasilitas dasar seperti posyandu dan puskesmas pembantu. Keberadaan layanan kesehatan ini memungkinkan masyarakat Maba Selatan mendapatkan pelayanan medis dasar, termasuk pemeriksaan ibu hamil, imunisasi balita, serta penanganan penyakit umum.
Meski demikian, distribusi fasilitas kesehatan tingkat lanjut
seperti klinik atau rumah bersalin masih terbatas sehingga masyarakat di desa
yang jauh dari pusat layanan kesehatan perlu menempuh jarak cukup panjang.
Dari sisi sosial, data menunjukkan adanya perbaikan pada sarana penerangan jalan utama di sebagian besar desa. Selain itu, sumber bahan bakar memasak masyarakat didominasi LPG dan kayu bakar, tergantung ketersediaan dan akses ekonomi di masing-masing wilayah.
Beberapa desa juga tercatat
mengalami bencana alam sepanjang 2024, meski dalam skala kecil dan tidak
menimbulkan korban jiwa secara signifikan. Pemerintah desa masing-masing telah
memiliki upaya mitigasi seperti sarana peringatan dini dan koordinasi
kebencanaan dasar.
Sektor ekonomi Maba Selatan juga menunjukkan dinamika tersendiri. Fasilitas perdagangan seperti kios dan warung tersedia di sebagian besar desa, menunjukkan aktivitas ekonomi dasar yang berjalan dengan baik. Namun demikian, keberadaan fasilitas transaksi keuangan seperti mesin ATM belum merata di seluruh kecamatan, sehingga sebagian masyarakat masih bergantung pada layanan keuangan di pusat kabupaten.
Kegiatan pertanian juga tercatat cukup dominan, terutama tanaman pangan musiman, biofarmaka, hingga tanaman hias yang menjadi sumber pendapatan masyarakat di beberapa desa. Secara keseluruhan, publikasi Kecamatan Maba Selatan Dalam Angka 2025 memberikan gambaran komprehensif tentang kondisi wilayah, penduduk, sosial, dan ekonomi di kecamatan maba selatan.
.jpg)