abarce

Guru SDN 120 Halsel Minta Uang untuk Kursi dan WC

Ilustrasi
Halsel, abarce - Guru di SDN 120 Halmahera Selatan (Halsel), Desa Indomut, Kecamatan Bacan, diduga melakukan pungutan kepada orang tua murid. Uang itu diminta untuk pembelian kursi dan pembangunan WC sekolah. Permintaan disampaikan dalam rapat penerimaan rapor bersama orang tua murid.

Ani, kakak salah satu siswa di sekolah itu, mengaku orang tuanya sempat mengeluhkan permintaan dana partisipasi yang ditujukan untuk membeli kursi. Namun kursi yang dijanjikan belum juga ada.

"Saya punya orang tua mengeluh, mereka suruh kumpul duit buat beli kursi tapi pada saat ambil rapot kursi itu tidak dibelikan padahal uangnya telah dikumpulkan, para orang tua siswa pun bertanya-tanya katanya buat beli kursi tapi kursinya tidak ada," ujar Ani, Jumat (19/9/2025).

Ani juga menyebut orang tuanya mengeluhkan soal seragam. Menurut dia, seharusnya pihak sekolah menyiapkan seragam lebih dulu agar orang tua bisa mengambil dengan cara mencicil, bukan mengumpulkan uang di muka.

"Pihak sekolah harusnya berinisiatif sendiri mempersiapkan seragam sekolah seperti batik dan olahraga tapi kali ini agak lain, pihak sekolah menyuruh para orang tua mengumpulkan uang duluan baru dipesan oleh sekolah, kalau orang tua belum ada uang otomatis para siswa tidak memakai seragam," katanya.

Sementara itu, seorang guru yang enggan disebut namanya membenarkan adanya pungutan tersebut. Dia menyebut hal itu merupakan hasil kesepakatan dengan orang tua murid.

"Dari hasil rapat dan kesepakatan orang tua dan guru mereka bantu partisipasi uang Rp 25 ribu untuk bangun WC karena WC di sekolah telah rusak. Jadi mau buat menggunakan Dana BOS uangnya tidak cukup, mungkin bisa tapi harus bertahap. Kami merasa setengah mati. Orang tua sepakati satu orang Rp 25 ribu, sisanya nanti menggunakan Dana BOS," ujarnya.

Dia menjelaskan, pungutan Rp 25 ribu berlaku untuk siswa kelas II sampai VI. Sementara kursi hanya untuk kelas I karena sekolah kekurangan kursi.

"Rp 25 ribu itu khusus kelas 2 sampai 6 kalau kursi siswa kelas 1 karena sekolah kekurangan kursi jadi sama orang tua tambah setengah sekolah tambah setengah pakai Dana BOS," kata dia.

Menurut dia, sebenarnya sekolah memiliki banyak kursi. Namun kondisinya rusak setelah dipakai dalam dua kali pemilihan kepala daerah.

"Sebenarnya kursi kami itu banyak tapi pada saat dua kali pemilihan kemarin yang membuat kursi kami banyak rusak entah mereka menduduki atau membantingnya," pungkasnya.


Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak