Miris! Di Balik Senyum Rekan Kerja Jadi Belati Mematikan


Kantor BPS Halmahera Timur
Maba, abarce, Rumah dinas itu kini kosong. Sunyi dan disegel garis polisi. Dulu, tempat itu dihuni oleh tiga orang pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) Halmahera Timur. Kini, satu di antaranya telah tiada, satu sedang diperiksa polisi, dan satu lagi masih tertegun dalam luka yang belum sempat sembuh.

Listrianti Pertiwi, 21 tahun, biasa dipanggil Tiwi. Ia datang dari Magelang, Jawa Tengah, untuk mengabdi sebagai pegawai BPS di ujung timur Pulau Halmahera. Hidupnya berakhir di tempat ia bertugas. Bukan karena penyakit atau kecelakaan, melainkan dibunuh oleh rekan kerjanya sendiri.

Nama pelaku adalah Hanafi. Ia juga pegawai BPS Halmahera Timur. Sebelumnya tak ada yang mencurigai gerak-geriknya. Ia terlihat biasa saja. Bahkan, setelah pembunuhan terjadi, ia ikut mengantar jenazah Tiwi dari rumah sakit hingga ke bandara, lalu ke kampung halaman korban di Magelang. Wajahnya datar. Tenang. Seolah-olah tak pernah menyimpan apa-apa.

Awalnya, kematian Tiwi tidak mengundang kecurigaan. Namun insting dan ketelitian penyidik Polsek Maba Selatan mengubah segalanya. Setelah melakukan pemeriksaan awal dan pengumpulan bukti, mereka berhasil mempersempit dugaan. Tekanan perlahan mengunci ruang gerak Hanafi. Pada Senin, 4 Agustus 2025, ia menyerahkan diri ke Bareskrimum Polda Maluku Utara.

Tak banyak pernyataan resmi yang keluar dari institusi tempat para pelaku dan korban bekerja. Kepala BPS Halmahera Timur menolak memberikan keterangan. “Pimpinan sampaikan permintaan maaf, dan belum bisa berkomentar sebab pimpinan sementara masih berurusan dengan pihak kepolisian dan pusat untuk dimintai keterangan,” ujar seorang petugas keamanan BPS Haltim.

Namun, dari balik pintu kantor yang tertutup rapat, sejumlah pegawai mengakui bahwa Tiwi dan Hanafi adalah rekan kerja. Bahkan, lebih jauh, istri Hanafi yang baru ia nikahi pada 27 Juli juga merupakan pegawai BPS dan tinggal serumah dengan korban. Saat kejadian, sang istri sedang cuti dan tidak berada di tempat.

Tiwi ditemukan tak bernyawa di kamar rumah dinas. Luka di tubuhnya membungkam kemungkinan bahwa ia meninggal secara wajar. TKP itu kini menjadi saksi bisu atas peristiwa yang menyayat hati. bagaimana kepercayaan bisa dibalas dengan pengkhianatan, dan bagaimana seseorang yang tampak ramah bisa menyimpan niat membunuh.

Yang paling menyakitkan, sebelum fakta-fakta mencuat, Hanafi dan istrinya tanpa beban menjemput dan mendampingi jenazah korban di Bandara Sultan Babullah Ternate, hingga ke pesawat yang akan mengangkut korban menuju Jawa Tengah. Tidak ada tangis. Tidak ada ekspresi bersalah. Hanya sikap datar yang kini dianggap sebagai bagian dari skenario pengelabuan.

Polisi belum merilis motif pembunuhan. Masih ada sejumlah pertanyaan yang menggantung. apakah ini persoalan pribadi, cinta segitiga, atau masalah pekerjaan..

Satu hal yang kini terang sebuah kejahatan bisa tumbuh di tempat yang paling tak disangka. Di balik senyum rekan kerja, bisa tersembunyi kematian.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak