Ternate, abarce - Organisasi Burung Indonesia mencatat sejak tahun 2023 terdapat 350 jenis burung yang tersebar di wilayah Provinsi Maluku Utara. Dari jumlah tersebut, 289 jenis berada di Kepulauan Halmahera dan 160 jenis di Kepulauan Sula.Rhyticeros plicatus (Burung Taun), Salah satu burung endemik di maluku utara
Di Kepulauan Halmahera, tercatat 63 jenis dari kategori suku (family), 177 jenis marga (genus), serta empat genus endemis yaitu Melitograis, Habroptila, Lycocorax, dan Semioptera. Sebanyak 29 jenis burung endemis tercatat di kawasan ini, di mana 26 jenis di antaranya ditemukan di Pulau Halmahera.
Beberapa jenis yang hanya dapat dijumpai di Pulau Halmahera antara lain Mandar gendang (Habroptila wallacii), Cekakak murung (Halcyon fenubris), Kepudang Halmahera (Oriolus phaeochromus), serta Kepudang-sungu Halmahera (Coracina parvula). Spesies-spesies tersebut umumnya menghuni hutan primer, sekunder, dan lahan budidaya, meski ada yang hanya ditemukan di habitat tertentu seperti hutan rawa atau tepi sungai.
Sementara itu, di Kepulauan Sula, terdapat tujuh jenis burung endemis seperti Serak Taliabu (Tyto nigrobrunnea), Anis Merah-Hitam (Geokichla mendeni), Walik Sula (Ramphiculus mangoliensis), Perkici kuning-hijau (Trichoglossus flavoviridis), dan Udang-kerdil sula (Ceyx wallacii). Burung-burung ini memiliki sebaran terbatas dan beberapa di antaranya cukup jarang dijumpai.
Dalam beberapa dekade terakhir, perburuan terhadap burung paruh bengkok di Maluku Utara masih menjadi ancaman serius. Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan sejak tahun 1991, jumlah tangkapan burung jenis ini setiap tahunnya berkisar antara 7.800 hingga 17.500 individu.
Perkiraan tangkapan tertinggi terjadi pada awal tahun 1990-an, sementara data terbaru menunjukkan angka yang lebih rendah. Namun, penurunan angka tangkapan tersebut tidak mencerminkan penurunan aktivitas perburuan, melainkan menunjukkan penurunan populasi burung di alam akibat eksploitasi berlebihan.
Pulau Obi menjadi salah satu lokasi dengan intensitas perburuan yang tinggi. Studi terakhir menunjukkan sekitar 9.630 individu burung paruh bengkok masih ditangkap setiap tahun di pulau tersebut, menandakan masih kuatnya tekanan terhadap populasi burung endemis di Maluku Utara.
Organisasi Burung Indonesia menilai perlindungan terhadap habitat serta pengawasan perburuan harus ditingkatkan guna mencegah kepunahan burung-burung khas kawasan Wallacea tersebut. Tanpa upaya konservasi yang serius, kekayaan keanekaragaman hayati Maluku Utara dikhawatirkan akan terus menurun.